Tuesday, September 05, 2006

Sebegitu mahalnya Harga kesehatan

Sebegitu mahalnya Harga kesehatan itu sampai-sampai banyak orang berani bayar mahal untuk sehat. sebagai contoh

beberapa orang melakukan terapi pada tempat-tempat yang populer dengan nama ‘Foot Spa’ dengan harga antara 100-200 ribu rupiah per sesi. Harga yang tidak mahal –menurut para penjual– jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat.

Beberapa lainnya membeli air berkhasiat yang diklaim memiliki khasiat kesehatan. padahal dari hasil beberapa riset tidak banyak yang dapat menunjukkan kebenaran air
khasiat ini. bahkan secara ekstrim dalam sebuah artikel, Prof dr Waluyo S Soerjodibroto, MSc, PhD, SpG(K) berpendapat lebih ekstrim lagi."Alih-alih menjadi sehat, produksi radikal bebas berlebih malah berpotensi destruktif pada tubuh. Radikal bebas merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan, Hal itu membuat si molekul menjadi liar, lalu secara radikal mencari pasangan dengan merampok elektron molekul lain dari berbagai sel-sel tubuh. Sebab itulah ia disebut radikal bebas. Keradikalan berantai terjadi ketika molekul yang terampok ikut-ikutan brutal merampas elektron molekul lain. Kondisi inilah yang lalu membuat sel-sel tubuh rusak"

Berdasarkan hal diatas terkadang terpikir kalau banyak orang yang sudah semakin sadar akan kesehatannya, sehingga mudah mempercayai sesuatu yang secara ilmiah belum dapat dibuktikan kebenarannya. Kepercayaan ini akan membangun sugesti kedalam pikiran orang tersebut. Situasi ini dimanfaatkan oleh beberapa produsen untuk memperkenalkan sesuatu alat dan menebarkan sugesti kepada masyarakat bahwa alat tersebut mampu memberi khasiat tertentu.

Oleh karena itu hati-hati ya kalau mempercayai sesuatu. karena sesuatu itu bisa menjadi nyata kalau sudah menjadi sugesti bagi pemercayanya.



Oya ini ada Tips Mudah dan Murah Hilangkan Formalin

Isu tentang formalin mungkin sudah mulai surut. Tapi upaya yang dilakukan Dra SUKESI M.Si, Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, untuk mengurangi kandungan formalin dalam makanan yang telah diawetkan dengan formalin, kiranya bisa dimanfaatkan.

Apalagi cara yang ditawarkannya boleh dibilang tanpa biaya tambahan apa-apa, hanya bagaimana cara memperlakukan bahan makanan itu sebelum dikonsumsi.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan ITS, ia menjelaskan untuk proses deformalinisasi ikan asin, dapat dilakukan dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni air, air garam dan air leri.

”Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar formalin sampai 61,25 persen, dengan air leri mencapai 66,03 persen, sedang pada air garam hingga 89,53 persen. Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi, kadar formalin akan hilang,” katanya.

Memang, tambahnya, kita tidak dapat menghilangkan hingga 100 persen kadar formalin yang ada. Tapi paling tidak dengan makin berkurangnya kadar formalin dalam bahan makanan itu, maka untuk mengkonsumsinya relatif aman.

”Saya tidak mengatakan formalin itu aman digunakan sebagai pengawet, tapi mengurangi kadar formalin dalam bahan makanan yang mengandung formalin menjadi penting untuk diketahui dan dipahami,” katanya.

Bagaimana dengan tahu? ”Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan,” katanya.

Hasilnya, katanya melanjutkan, berbeda-beda, terbaik merebusnya dalam air mendidih kemudian diikuiti dengan proses penggorengan.

”Sedang untuk mie proses deformalinisasi terbaik adalah dengan cara merendam dalam air panas selama 30 menit, dimana hasilnya dapat menghilangkan kadar formalin hingga mencapai 100 persen. Adapun pada ikan segar, dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan cuka 5 persen selama 15 menit,” katanya.

Sukes akan mencoba membuat apa yang telah dilakukan dalam penelitian deformalinisasi ini dalam bentuk brosur praktis agar masyarakat dengan mudah melakukannya.

”Kami sedang mencari sponsor untuk menyebarluaskan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat. Harapannya melalui brosur itu masyarakat akan makin tentang dengan isu-isu formalin, karena ternyata dapat dikurangi kadarnya,” katanya.

3 comments:

Akhmad Aldi said...

betul..
makanya smoga qta smua senantiasa dilimpahkan kesehatan .. amin

Anonymous said...

Informasi yang sangat bagus.

Apakah ada yang tahu bahan pengawet alami agar susu kedelai cair bisa tahan relatif lebih lama, kasih tau dong...

http://sarikedelai.blogspot.com
http://sarikedelai.indoweblog.com

wiaris said...

hallo,,,,
seems well aware of the health ... but a good one

http://culinarycentral.blogspot.com